Lombok Barat, NTB – Pengelola budidaya mutiara dan kelompo budaidaya mutiara air laut di kawasan Gili Asahan, Desa Batu Putih angkat suara terkait maraknya informasi yang keliru, tentang sistem budidaya mutiara yang mengganggu sektor pariwisata.
Namun, sejatinya budidaya mutiara air laut merupakan budidaya yang sangat ramah jika dibandingkan dengan budaidaya yang lainya.
Pendamping kelompok budidaya mutiara air laut Joko Bagus Teguh Prabowo mengungkapkan.
Jika perusahan dan kelompok pembudidaya di Gili Asahan telah mendapatkan izin dari kementrian KKP, untuk pemanfaatan laut. Proses budidaya mutiara air laut di lakukan dengan standar ketat, yang tidak akan merusak lingkungan.
Karena mereka tidak mungkin merusak karang atau coral, lumut yang nempel dari pembersihan kerang menjadi makanan ikan yang bagus.
” PT. Megah sudah mengantongi ijin semuanya,” tegas Joko Bagus Teguh Prabowo disela-sela mediasi beberapa hari yang lalu.
Selain itu juga mereka membantah jika menghalangi aktivits nelayan setempat.
“Karena berapapun jenis kapal yang mau masuk masih bisa karena ada jalur yang sudah di siapkan yang bisa menampung hingga kapal pesiar,” jelasnya.
Lebih lanjut dirinya menambahkan agar sektor pariwisata dan budidaya mutiara air laut bisa jalan beriringan.
Terpisah, Wakil Ketua DPRD NTB Nauvar Furqony Farinduan menjelaskan, pihaknya mengharapkan dua sektor itu berjalan dengan beriringan, apalagi keduanya merupakan sektor pendukung pariwisata.
Masyarakatpun di harapkan untuk saling memahami dan tidak saling mengganggu satu samal lain, karena mutiara dan pariwisata bisa di jadikan paket yang sangat menarik dan memiliki daya jual yang tinggi.
“Jadi di sektor ini agar diupayakan bagaimana tetap baik untuk masyarakat, daerah atau baik untuk iklim usaha, kemudian tiga sektor ini bisa berkolaborasi menuju Lombok Barat yang lebih baik dan daerah yang maju,” tutupnya.(hum)
