Lombok Barat, NTB – Untuk meningkatkan produktivitas ternak di NTB, Fakultas Peternakan Universitas Nahdlatul Wathan Mataram bersama Australia-Indonesia Partnership PRISMA dan PT. Cipta Ternak Sehat Indonesia menggelar Workshop yang bertajuk ”Peluang dan Tantangan Industrialisasi Sapi Potong di Provinsi Nunsa Tenggara Barat” dengan menghadirkan tenaga ahli dari Kementerian Pertanian Republik Indonesia dibidang Hilirisasi Produk Peternakan.
Workshop yang dilakukan secara luring dan daring via zoom yang dipusatkan di salah satu Hotel di Kabupaten Lombok Barat.
Kegiatan ini bertujuan memberikan inovasi dan warna berbeda dalam penataan kebijakaan yang berkaitan dengan pembangunan peternakan sapi potong, kemudian pemberdayaan peran swasta dalam mengoperasikan pembangunan peternakan sapi potong serta adanya dukungan usaha sapi potong dari instansi terkait untuk kemajuan dan kesejahteraan para peternak.
“Sangat layak NTB dijadikan pusat industrialisasi sapi potong di Indonesia karena data-data yang mendukung, dimana NTB masuk ke dalam 5 besar Provinsi dengan populasi sapi potong terbanyak di Indonesia”, ungkapnya. Diharapkan kehadiran semua narasumber yang hadir tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuannya, tetapi juga akan menghasilkan inovasi dan praktek nyata bagaimana menjadi pebisnis yang handal dalam dunia peternakan khususnya bidang sapi potong”, ungkap Dr. H. L. Abdul Muhyi Abidin, MA.
Kegiatan dirangkai dengan penyerahan hasil kajian kepada narasumber dan peserta sebagai bukti nyata bahwa seluruh peserta workshop siap berkomitmen, berkolaborasi dan bersinergi dalam mewujudkan industrialisasi sapi potong di NTB.
“Intisari dari pembicaraan kita disini bisa mendorong kebijakan dan program pembangunan peternakan di NTB dan harapannya tindak lanjut dari workshop ini tidak lama dapat terealisasi karena apa yang dibicarakan pada workshop ini adalah pembicaraan konkret yang kita hasilkan dari rumusan hasil penelitian dan pemikiran yang kongkret sehingga tentu hal-hal yang up to date akan muncul dan terlaksana dengan konkret”, sambung Dr. H. Lalu Abdul Muhyi Abidin, MA.
Selain itu, dijelaskan pula oleh Pimpinan Prisma mengenai tujuan workshop ini diselenggarakan, peran swasta, hasil monitoring evaluasi dan tindak lanjut program-program PRISMA selanjutnya yang telah berjalan di 6 Provinsi di Indonesia.
Target utama prisma untuk meningkatkan pendapatan 1,2 juta lebih petani di Indonesia dan meningkatkan pendapatan petani sebesar 180 persen lebih di 6 provinsi petani skala kecil telah melampaui target dengan cara bekerjasama dengan swasta membangun pasar dan bekerja dengan pelaku pasar itu sendiri.
“Kami membangun perekonomian masyarakat petani di 6 provinsi tapi skemanya bisa satu Indonesia dan dapat mendorong perubahan di level internasional. Disamping itu, agroenterprenuership ini juga dapat mendorong anak muda untuk masuk dunia bisnis bidang peternakan sehingga dapat berkontribusi dalam menguatkan dan membangun kehidupan di masa depan yang sehat dan berkualitas dengan motto No Farmer, No Food, No Future tetapi more farmer, more food and more bright future”, tegas Ferdinandus Rondong.
Ada 4 pokok pembahasan dalam Policy Brief yang dipaparkan Dekan Fakultas Peternakan UNW Mataram yaitu latar belakang lahirnya konsep ini, isu-isu strategis, temuan-temuan pokok diantaranya ketersediaan pakan sapi potong yang terjangkau peternak rakyat, ketersediaan bibit sapi dengan fokus sapi potong penghasil daging, peran peternak muda dalam kegiatan peternakan dan hilirisasi produk peternakan sapi potong serta rekomendasi kebijakan baik jangka pendek, menengah dan panjang.
“Segmentasi beternak yang berbeda di wilayah NTB, yaitu di Pulau Lombok sudah mengarah ke penggemukan dan Pulau Sumbawa masih pembibitan dan kelemahannya adalah inbreeding sehingga diperlukan pengenalan bibit unggul baru. Dalam kegiatan ini kita bahas bersama agar ada solusi yang applicable untuk menjawab permasalahan klasik di subsektor peternakan dan yang terpenting adalah bagaimana upaya kita mengubah keunggulan komparatif tadi menjadi keunggulan yang kompetitif dan kita semua berkomitmen untuk menjadikan produksi sapi potong di NTB ini memiliki daya saing tinggi, tanggul, mandiri dan gemilang di Indonesia”, tegas Alimuddin, S.Pt., M.Si.
Lebih lanjut Kementerian Pertanian melalui tenaga ahli dibidang hilirisasi produk pertanian mendorong perkembangan Industrialisasi Sapi Potong di NTB. Dikarenakan NTB sendiri memiliki potensi lantaran merupakan salah satu Provinsi yang menjadi lumbung ternak ke lima terbesar di Indonesia.
Saat opening speechnya, Prof. Ali Agus menyampaikan kegiatan workshop ini sangat penting mengingat NTB prospektif untuk produksi sapi potong dan terciptanya industrialisasi sapi potong yang membutuhkan keterlibatan dan kolaborasi semua pihak dan instansi terkait.
“Mari kita bersama-sama dengan peran masing-masing untuk menerjemahkan arti bergotong royong secara nyata dalam mewujudkan mimpi dan menjadikan NTB sebagai bumi dan pasar sapi potong”, terang Prof. Ali Agus.