Fenomena kesurupan sudah tidak asing lagi di kehidupan keseharian manusia. Biasanya kesurupan selalu di kait kaitkan dengan hal mistis,gangguan jin maupun hal yang tak kasat mata. Padahal menurut pandangan psikolog, kesurupan tidak mesti berkaitan langsung dengan hal hal mistis akan tetapi kondisi tersebut bisa saja terjadi karna ganguan psikologis seseorang.
Menurut kacamata psikolog fenomena kesurupan bisa saja terjadi karna adanya gangguan disosiatif. Dimana disosiatif adalah kondisi psikologis yang terjadi karena perubahan fungsi dalam diri individu, yang melibatkan identitas, memori, atau kesadaran.
Orang dengan gangguan disosiatif dapat mengalami perubahan secara tiba-tiba atau bertahap. Jadi, dapat diibaratkan seperti berubah menjadi orang lain.
Melansir dari Cleveland clinic, kata disosiatif berarti terputus hubungan, baik dari orang lain, lingkungan, maupun dirinya sendiri. Istilah gangguan disosiatif menggambarkan keadaan mental yang ditandai dengan perasaan terlepas dari kenyataan atau berada di luar tubuh sendiri.
Gangguan disosiatif biasanya berkembang sebagai reaksi terhadap trauma, pelecehan, stres, atau kondisi sangat tertekan sehingga membuat individu tidak dapat mengendalikan diri sendiri.
Jika dilakukan sesekali, tindakan menjauhkan diri dari perasaan trauma memang dapat membantu meringankan rasa ‘sakit’. Bila dilakukan untuk jangka panjang, hal tersebut justru membuat stres menumpuk dan mempengaruhi pola pikir.
Mengapa Wanita Lebih Cendrung Berisiko Kesurupan?
Berdasarkan jenis kelamin, perempuan mempunyai risiko lebih besar untuk kesurupan dibandingkan laki-laki. Hal ini terbukti dari kasus-kasus yang terjadi sebagian besar adalah perempuan. Hal ini mungkin karena perempuan lebih sugestible atau lebih mudah dipengaruhi dibandingkan laki-laki.
Mereka yang memunyai kepribadian histerikal yang salah satu cirinya sugestible lebih berisiko untuk kesurupan atau juga menjadi korban kejahatan hipnotis. Berdasarkan usia, sebagian besar korban kesurupan berusia remaja dan dewasa muda. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa mereka yang berisiko untuk kesurupan adalah perempuan usia remaja atau dewasa muda yang mudah dipengaruhi. Selain itu, wanita lebih labil ketimbang pria dan terjadi perubahan dalam jiwanya. Banyak hal bisa menjadi penyebabnya. Antara lain kondisi keluarga, kondisi sekolah, hubungan pertemanan, sosial politik, dan masih banyak lagi.
Sementara dilansir dari hellosehat.com kesurupan di mata medis disebut dengan Possession Trance Disorder.
Kondisi pada kategori ini ditandai dengan penyempitan atau hilangnya kesadaran akan lingkungan sekitar sehingga orang tersebut tidak responsif atau tidak peka terhadap rangsangan lingkungan.
Ketidakmampuan merespons rangsangan lingkungan ini bisa disertai hal-hal kecil yang kerap tidak disadari atau tidak dapat dikendalikan oleh orang tersebut seperti gerakan tertentu pada jari hingga kelumpuhan sementara atau hilangnya kesadaran.
Sementara dalam dunia medis, mengobati pasien yang kerasukan sama seperti halnya pasien pengidap gangguan disosiatif pada umumnya.
Pasien akan diresepkan obat obat seperti antidepresan, obat antikecemasan, dan obat antipsikotik untuk mengendalikan gejala. Di samping itu, dokter spesialis kejiwaan akan meminta pasien untuk menjalani psikoterapi.
Perawatan ini meliputi konseling dan terapi psikososial. Terapis akan membantu pasien memahami penyebab kondisi dan membentuk cara baru untuk mengatasi keadaan stres. Sebelum menentukan pengobatan, dokter biasanya juga akan meminta orang yang pernah mengalami kerasukan untuk menjalani serangkaian tes.
Tes ini meliputi laporan pasien mengenai berbagai gejala yang dialami, seberapa sering gejala muncul, dan mendeskripsikan perubahan perilaku, serta membicarakan trauma yang pernah dialami. Mungkin pada tahap ini, dokter juga akan bekerja sama dengan orang terdekat dari pasien.